Memakskan kehendak pada orang lain itu tidak baik





 Di bumi ini ada dua type manusia, selalu memaksakan dan terlampau rileks. Type pemaksa seringkali tidak membuat nyaman orang เล่นบอลออนไลน์ yang lain kebenaran ada di sekelilingnya. Ada-ada saja sikap memaksakan, baik itu untuk beberapa hal penting yang seutuhnya bisa dimengerti atau sering beberapa hal remeh sekalinya.

Lalu, apa sich arah dari memaksa suatu hal ke orang lain? Bagusnya, silahkan refleksikan diri untuk pahami arah awalnya kenapa kita memaksa kehendak ke orang lain, karena memaksakan seorang tidak selama-lamanya baik untuk mereka diri kita.

Yok, sama memperhatikan lima argumen kenapa melakukan tindakan sewenang-wenang seperti memaksa kehendak ke orang lain tidak bagus untuk dilaksanakan secara terus-menerus.

Tiap orang mempunyai daya kekuatan dan kesiapan berlainan. Tidak seluruhnya orang di bumi ini mampu beli Iphone 12, sedang kita minta mahar berbentuk Iphone 12. , tidak seluruhnya orang pintar menyusun kata dan jadi tulisan yang bisa dikomersilkan.

Ada di luaran sana beberapa orang yang habis-habisan menulis penilaian, artikel, cerpen dan lain-lain sepanjang beberapa bulan, berbilang tahun, tetapi tidak satu juga tembus.

Ada beberapa hal yang tidak bisa kita paksa di bumi ini, terutama bila kita memakai parameter kita dalam tentukan sebuah kesuksesan. Ingat, tidak seluruhnya mampu dan sanggup.

Setiap manusia mempunyai kesiapan dan kekuatan berlainan keduanya . Maka, bagusnya kita refleksikan kembali bila ingin minta seseorang merestui kehendak kita.

Saat sebelum memaksakan seorang untuk mengikuti kehendak kita, bagusnya kita mengetahui tepat status dan keadaan yang ditemuinya. Tidak seluruhnya orang di bumi ini baik saja, mereka juga memiliki permasalahan masing-masing. Seperti, permasalahan keuangan, kritis optimis, gampang jatuh dan susah kembali bangkit. Kita harus mengetahui benar masalah semacam itu.

Tidak selama-lamanya mereka siap, karena itu seharusnya kita menanyakan lebih dahulu kesediaan mereka saat sebelum memutuskan.

Hingga keputusan yang diambil bukan persetujuan sepihak, bukan berdasar desakan dengan alibi tanggung jawab ini itu.

Dan, berhenti sajalah keras kepala, belajarlah pahami keadaan seseorang. Tidak boleh kira ia ketawa karena berbahagia dan diam diri karena berduka.

 

Foto by olia danilevich from Pexels lewat https://www.pexels.com

Setiap manusia yang hidup di atas bumi mempunyai deadline masing-masing dan mereka memahami benar akan hal tersebut. Ditambah lagi bila itu deadline pekerjaan, deadline tugas atau deadline sasaran yang perlu terwujud saat sebelum saat yang diputuskan.

Bila kita seorang pimpinan dalam suatu organisasi atau perusahaan, memaksa suatu hal pada anggota kemungkinan wajar-wajar saja. Tetapi, beralih menjadi tidak lumrah saat dilaksanakan berkali-kali, mengancam setiap malam, sampai terikut kemanapun.

Begitupun untuk kita yang ingin menikah, menanyakan pada dirinya kapan akan tiba menjumpai orang-tua, kapan akan melamar, kapan serah-serahan, kapan fitting pakaian? Hal tersebut bisa menjadi beban tertentu untuk mereka.

Beban itu tidak saja memperberat bahu mereka, tetapi, terikut sampai renungan apa mampu jika…?

Ada beberapa orang yang berasa terbeban hingga berasa tidak berhasil, patah semangat dan stop. Satu kali lagi, setiap kesiapan seorang berbeda.

Kita tidak bisa memberikan penilaian cuman dari oh ia masih mampu tersenyum, maknanya mampu. Ada beberapa pada mereka yang tersenyum untuk sembunyikan beban yang dipikul.

Pikirkan kembali argumen awalnya kenapa kita memaksakan seorang sebagai langkah yang arif. Pikir kembali, apa argumennya karena hal individu atau memang untuk memberikan keuntungan kedua pihak.

Bila argumennya karena tekad individu, seharusnya batalkan saja. Tidak bagus mengikutsertakan seseorang cuman untuk memperoleh apa yang kita harapkan, kan? Demikian sebaliknya, bila memberikan keuntungan dua atau tiga faksi, masih tetap dipikir kembali—apakah patut dengan memaksakan bukannya pilih langkah yang lebih dewasa dan patut.

Karena pada keadaan ini, kitalah yang memerlukan beberapa orang dan etikanya ialah bahas dengan baik bukan memaksakan apa lagi memakai langkah bar-bar.

Coba tanya pada hati dan diri kita, bisakah kita bila ada di status orang itu. Dipaksakan tidak cuma sekali 2x atau ditanyakan tidak hanya sekali 2x.

Pikirkan bila kita hidup dikitari desakan dari beberapa orang yang kemungkinan tingkatnya semakin tinggi dibanding kita sekarang ini. Apa mampu?

Tanya berkali-kali saat kita punya niat memaksa suatu hal ke orang lain. Apa ia mampu? Apa dirinya sanggup melakukan?

Postingan populer dari blog ini

reform is actually boosting, considered that it assumes

Previous bandmate Graham Nash shown his "great despair", even with the 2 men's commonly "unstable" partnership.

It is no surprise that the gangster